Pada tahun 1660, seorang ilmuwan Inggris, Robert Boyle dibantu oleh Robert Hooke berhasil menciptakan kamera obscura jinjing lebih kecil dari kamera Obscura ciptaan Al-Haytham yang berukuran besar.
Pada tahun 1685, Johann Zahn menyempurnakan kamera obscura menjadi lebih kecil dan mudah dibawa. Selain itu juga memanfaatkan cermin dan lensa untuk menfokuskan gambar.
Perkembangan kamera semakin berarti setelah Joseph Nicephore Niepce pada tahun 1814 mencoba mencetak pada sebuah lempengan pewter (logam lunak campuran) dengan bitumen (semacam aspal). Saat terkena cahaya bitumen akan mengeras. Bagian yang tidak mengeras kemudian dilarutkan. Bagian inilah yang menjadi cikal bakal foto.
Pada tahun 1836, Louis Jacques Daguerre menyempurnakan proses cetak foto. Ia membuat lempengan tembaga menjadi lebih sensitif terhadap cahaya. Proses itu dinamakan daguerreotype.
Pada tahun 1840 William Fox Talbot menyempurnakan proses cetak foto yang dikenal dengan Calotype. Baik Daguerre maupun Talbot menggunakan kamera yang sedikit berbeda dari kamera Zahn. Mereka memakai lempengan logam atau lembaran kertas yang diletakkan di depan layar bidik, merekam gambar, dan menggeser lensa untuk menfokuskan gambar.
Era lempengan basah sebagai media rekam gambar kemudian disempurnakan dengan ditemukannya lempeng kering collodion pada tahun 1885 oleh Desire Van Monckhoven.
Kemjuan dunia fotografi makin sempurna dengan temuan Richard Leach Maddox yang menggunakan gelatin kering pada tahun 1871. Lempengan kering ini lebih cepat dan lebih bagus hasil cetakannya dibandingkan dengan lempengan basah. Pada era ini, untuk pertama kalinya kamera bisa dibuat dalam ukuran genggam dan dapat disimpan di dalam tas. Sejak itu berbagai desain kamera muncul, ada single atau twin-lens reflexes, kamera berukuran besar, kamera saku, hingga kamera yang bisa disatukan dengan arloji, topi dan sebagainya.
Setelah era Pelat, dunia fotografi semakin menyenangkan sejak ditemukan film topografik oleh George Eastman. Tahun 1885, Film fotografik masih menggunakan lembaran kertas, pada tahun yang sama berkembang lagi teknologi fotografi dengan film.
Eastman menciptakan kotak kamera dengan film seluloid yang bisa menampung 100 frame foto. Kamera berbentuk kotak dengan single focus dan single shutter ini dinamakan kodak. Kamera brownie karya Eastman sangat populer hingga tahun 1960-an. Industri kamera makin ramai sejak Jepang ikut memproduksi kamera dengan film 35 mm yang bermerk Canon 1936.
Sekitar tahun 1913, Oskar Barnack menggunakan film dengan ukuran 35 mm dan mengembangkan kamera berukuran kompak (kecil). Film ukuran 35 mm mendominasi pemakaian film kamera hingga era kamera digital.
Selain kamera yang memakai film, muncul juga kamera instan. Hasil fotonya bisa dilihat sesaat setelah pemotretan tanpa melalui proses pencucian dan pencetakan film. Kamera instan pertama kali dipopulerkan oleh polaroid dengan model 95. Kamera ini juga disebut kamera land karena diciptakan oleh Edwin Land.
Era analog mulai ditinggalkan dan digantikan dengan era kamera digital. Perbedaan antara kamera analog dan kamera digital adalah bahwa kamera digital tidak memerlukan film. Gambar yang direkam disimpan ke dalam kartu memori atau tempat penyimpanan pada kamera tersebut. Selain untuk membuat foto, kamera digital juga bisa untuk membuat video. Tentu saja hal ini membuat kamera analog tersingkir.
Selain pengoperasian lebih mudah, harga murah, proses lebih cepat, jangkauan juga lebar. Kamera digital semakin populer ketika menjadi fitur wajib di telepon selular dan hasil fotonya bisa langsung diunggah ke situs jejaring sosial dsb.
Komponen kamera
Sebuah kamera minimal terdiri atas:- Kotak yang kedap cahaya (badan kamera)
- Sistem lensa
- Pemantik potret (shutter)
- Pemutar film
Sistem lensa
Sistem lensa dipasang pada lubang depan kotak, berupa sebuah lensa tunggal yang terbuat dari plastik atau kaca, atau sejumlah lensa yang tersusun dalam suatu silinder logam.Tingkat penghalangan cahaya dinyatakan dengan angka f, atau bukaan relatifnya. Makin rendah angka f ini, makin besar bukaannya atau makin kecil tingkat penghalangannya. Bukaan ini diatur oleh jendela diafragma. Bukaan relatif diatur oleh suatu diafragma. Untuk kamera SLR, lensa dilengkapi dengan pengatur bukaan diafragma yang mengatur banyaknya cahaya yang masuk sesuai keinginan fotografer.
Jenis lensa cepat ataupun lensa lambat ditentukan oleh rentang nilai F yang dapat digunakan.
Disamping lensa biasa, dikenal juga lensa sudut lebar (wide lens), lensa sudut kecil (tele lens), dan lensa variabel (variable lens, atau oleh kalangan awam disebut dengan istilah lensa zoom.
Lensa sudut lebar mempunyai jarak fokus yang lebih kecil daripada lensa biasa. Namun sebutan itu bergantung pada lebarnya film yang digunakan. Untuk film 35 milimeter, lensa 35 milimeter akan disebut lensa sudut lebar, sedangkan lensa 135 milimeter akan disebut lensa telefoto.
Lensa variabel dapat diubah-ubah jarak fokusnya, dengan mengubah kedudukan relatif unsur-unsur lensa tersebut. Lensa akan memfokuskan cahaya sehingga dihasilkan bayangan sesuai ukuran film. Lensa dikelompokkan sesuai panjang focal length (jarak antara kedua lensa).
Focal lenght memengaruhi besar komposisi gambar yang mampu dihasilkan. Dalam masyarakat umum, lebih dikenal dengan istilah zoom.
Pemantik Potret
Tombol pemantik potret atau shutter dipasang di belakang lensa atau di antara lensa. Kebanyakan kamera SLR mempunyai mekanisme pengatur waktu untuk memungkinkan mengubah-ubah lama bukaan shutter. Waktu ini ialah singkatnya pemetik potret itu membuka, sehingga memungkinkan berkas cahaya mengenai film.Beberapa masyarakat awam menganggap kemampuan kamera sebanding dengan besarnya nilai maksimum shutter speed yang bisa digunakan.
Bagian lain
Bagian lain sebuah kamera, antara lain:- Mekanisme memutar film gulungan agar bagian-bagian film itu bergantian dapat disingkapkan pada objek
- Mekanisme fokus yang dapat mengubah-ubah jarak antara lensa dan film,
- Pemindai komposisi pemotretan (range finder) yang menunjukkan apa saja yang akan terpotret serta apakah objek utama akan terfokuskan
- lightmeter untuk membantu menetapkan kecepatan pemetik potret dan atau besarnya bukaan, agar banyaknya cahaya yang mengenai film cukup tepat sehingga diperoleh bayangan atau gambar yang memuaskan.
Jenis kamera berdasarkan media penangkap cahaya
Kamera film menggunakan pita seluloid (atau sejenisnya, sesuai perkembangan teknologi). Butiran silver halida yang menempel pada pita ini sangat sensitif terhadap cahaya. Saat proses cuci film, silver halida yang telah terekspos cahaya dengan ukuran yang tepat akan menghitam, sedangkan yang kurang atau sama sekali tidak terekspos akan tanggal dan larut bersama cairan pengembang (developer).Kamera film
Jenis kamera film yang digunakan adalah dari jenis 35 milimeter, yang menjadi populer karena keserbagunaan dan kecepatannya saat memotret, karena kamera ini berukuran kecil, kompak dan tidak mencolok. Lensa kadang dapat dipertukarkan, dan kamera itu dapat memuat gulungan film untuk 36 singkapan, bahkan kadang lebih.Jenis film
Pembagian film berdasarkan ukuran:- Small format (35mm)
- Medium format (100-120mm)
- Large format
Pembagian film berdasarkan jenis bahan dan kesensitifannya:
- Film hitam putih
- Film warna
- Film positif
- Film negatif
- Film daylight
- Film tungsten
- Film infra merah (sensitif terhadap panas yang dipantulkan permukaan objek)
Kamera polaroid
Kamera jenis ini memakai lembaran polaroid yang langsung memberikan gambar positif sehingga pemotret tidak perlu melakukan proses cuci cetak film.Kamera digital
Kamera jenis ini merupakan kamera yang dapat bekerja tanpa menggunakan film. Si pemotret dapat dengan mudah menangkap suatu objek tanpa harus susah-susah membidiknya melalui jendela pandang karena kamera digital sebagian besar memang tidak memilikinya. Sebagai gantinya, kamera digital menggunakan sebuah layar LCD yang terpasang di belakang kamera. Lebar layar LCD pada setiap kamera digital berbeda-beda.Sebagai media penyimpanan, kamera digital menggunakan internal memory ataupun external memory yang menggunakan memory card.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar